Buku Elang Nuswantara bukan sekadar terbit, juga memiliki kekuatan daya akar untuk bisa tumbuh dan berkembang. Jadi sayap penerbangan, energi perjalanan, dan sirip penyelaman penulis serta pembacanya.
Buku yang dilahirkan Elang Nuswantara, memang wajib berkonsep filmis. Kudu layak baca, laku, dan jual. Juga dimiliki dan diwariskan untuk masa depan anak negeri.
Menurut Kirana sebagai penggagas acara, semua penulis Elang Nuswantara harus bisa profesional menjadi seorang writerpreneuer. Menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
Wajib belajar, selain kreatif menulis, inovatif menerbitkan buku, menjadi panitia penyelenggara, juga sampai mengisi acara sendiri dengan kemampuan yang terus diasah tanpa lelah. Tak pernah patah. Tak akan menyerah.
Elang Nuswantara menganut prinsip terbang dengan buku dan melaju maju. Kali ini dukungan mengalir dari Perpustakaan Nasional, Kemenparekraf, Kemenko Pembangungan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Kemdikbudristek, Sofyan Corp, Madina Islamic School, Gemar Community, Miya'z Script Agency, Azkiya Publishing, Dandelion Publisher, Ibu-Ibu Doyan Nulis, Wonderland Publisher, Fibi Jewelry, Gendis Snack, Penerbit Gema Insani, Smulenesians Rockerz, Wiffa Collection, Ngopi Budaya Indonesia, Panca Olah Institute, dan Lembur Urang Katumbiri.
Semoga keenam buku karya terbaru para penulis Elang Nuswantara, bisa memberi warna beda, yang elok di dunia literasi tanah air dan memantik para penulis baru untuk mau peka dan peduli, mengangkat kearifan lokal Nuswantara untuk karya-karyanya.
“Menulis buku, demi nguri-nguri budaya Nuswantara kadang dianggap hal yang tidak seksi, tidak populer, buku susah laku. Namun siapa lagi yang angkat budaya kita kalau bukan kita? Banyak cara bernas untuk melahirkan dan menerbangkan sebuah buku. Salah satunya, promosi abadi. Menulis adalah bukti keberadaan diri. Penerbangan Elang Nuswantara tidak mudah. Namun saya dibantu komandan setiap pasukan, jadi indah,” pungkas Kirana menutup obrolan dengan melepas senyum kebahagiaan. (*)
Editor : Maryani