JAKARTA, iNewsMataram.id-Menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan, jargon penguat langkah Elang Nuswantara untuk memajukan literasi budaya negeri dengan persembahan karya tulis yang dibukukan, layak dibaca, dijual, dimiliki, disyiarkan, dan diwariskan. Bukan sekadar terbit. Demikian yang disampaikan Kirana Kejora sebagai pendiri Elang Nuswantara.
Nguri-nguri budaya leluhur bisa dengan beragam cara dan wujud. Kembali komunitas penulis pencinta Nuswantara menggelar acara tahunan dalam rangka merayakan Bulan Bahasa dan Sastra di “Istana Literasi Rakyat” Auditorium Perpustakaan Nasional RI, pada 26 Oktober 2024, full house.
Sajian acara rancak bana, ada sharing session bersama 14 para wakil penulis buku antologi dan lima penulis buku solo. Juga beragam hiburan dari Generasi Alfa sampai Baby Boomer yang membuat suasana hangat, riang gembira, haru, lalu bisa jadi bahan perenungan.
Para penulis yang hadir juga banyak dari luar Jabodetabek, di antaranya Bengkulu, Pekanbaru, Semarang, Madiun, Malang, Sidoarjo, Sukabumi, Bandung, Kuningan.
Bazar buku dan produk para creativepreneur turut meramaikan acara dan lumayan menjadi oase baru bagi para pelaku UMKM di area Jabodetabek yang melebur dalam perhelatan literasi agung ini.
Elang Nuswantara. Menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan. Foto: Istimewa
Perjalanan literasi Elang Nuswantara tidak untuk dijelaskan, tetapi untuk dijalani. Elang Nuswantara, yang usianya jalan tiga tahun, ini merupakan sarang kasih para penulis pejuang pencinta Nuswantara. Kesadaran yang menyatukan. Merabuk jiwa bersama untuk karya yang tak hanya tertulis, melainkan bisa membahagiakan semua yang terlibat dan sekitarnya.
Rajutan idealis dan realistis merupakan pijakan buku-buku Elang Nuswantara dengan konsep writerpreneur. Hal itu agar buku yang berbau Nuswantara bisa terbaca dengan layak, baik, dan bermanfaat bagi semua generasi.
Buku antologi yang turut terbang dalam parade agung ini, yaitu karya sembilan pasukan Elang Nuswantara dari seluruh tanah air, mulai Generasi Z hingga Alfa. Rasa Senandika (Elang Merah Senandika), Ibu Bumi (Elang Katumbiri), Bapa Angkasa (Elang Tumaritis), Amerta Kidung Padma (Elang Padma), Ode Kasih Arunika (Elang Brawijaya), Pesan yang Masih Tersimpan (Elang Brawijaya), Surat Kepada Bintang (Elang Lintang), Elang Jagoan (Elang Brawijaya), Janji Matahari (Elang Gemar).
Buku solo, Blogging for Moms (Novarty), Giok Sin (Tisnawati Wibowo), Lucky Amy (Annisa Noviarny), Bintang Jatuh di Langit Diandra (Velou Ra), Kemuning (Sofia).
Sebelumnya, acara dibuka dengan doa bersama, menyanyikan lagu “Indonesia Raya” 3 stanza, dan tari Kembang Gadung dari Elang Gemar. Lanjut sambutan Ibu Erwita Dianti (Kementerian Pariwisata), Ibu Dewi Yuliyanti (Kementerian Kebudayaan), dan Bapak Rahnianto (Kalapas LPKA I Tangerang) -Anak-anak Binaan LPKA I Tangerang merupakan salah satu pasukan penulis buku bernama Elang Lintang.
Hiburan persembahan pasukan jadi sajian wajib di setiap acara Elang Nuswantara. Para tamu undangan cukup terkejut dengan gebrakan penampar halus dari Teater Bocah Putra Daya Bangsa Bogor bimbingan seniman, budayawan Heri Cokro dengan "Dunia Anak - Ibu Bumi Bapa Angkasa".
Editor : Maryani