"Kakak tunggu di sini, ya, Mida mau cari angkot. Kita pulang, kasian Hasan dan Hasina menunggu kita terlalu lama di rumah Mbak Jum." Rohan mengangguk setuju.
Dia teringat akan dua anaknya yang dititipkan pada tetangga samping rumah. Hamidah bergegas keluar area rumah sakit, menuju tempat angkutan kota biasa mangkal.
Dia melihat kembali isi dompetnya, tanpa terasa air mata yang sedari tadi dibendung tumpah juga. Lantunan istighfar membasahi bibirnya.
Cepat-cepat Hamidah menghapus jejak pilu di wajahnya, ketika telepon seluler tanpa kamera yang tersimpan dalam saku celana gombrongnya berdering.
"Hamidah, saya mau pesan kue basah lima puluh kotak untuk besok lusa. Bisa enggak?" tanya seseorang di seberang sana.
"Bisa, Bu Hajjah, bisa!" jawab Hamidah mantap, senyum terkembang di wajah tirusnya.
Langkah Hamidah kian mantap. Hamdalah terus meluncur dari bibir tipisnya. Dia bersyukur hari ini bisa dilalui dengan kemudahan dari Allah, esok hari biar jadi rahasia-Nya.
Keyakinannya dibalas tunai oleh Allah. Karena dia yakin setiap kesulitan pasti ada jalan untuk orang-orang yang mau berusaha dan tidak putus asa. (*)
Penulis:
Dianty Ahmad, lahir dan besar di Selong, Lombok Timur. Hobi membaca dan menulis mengantarkan ibu tiga anak ini ke dalam dunia literasi.
Beberapa karya lainnya sudah banyak dibukukan dalam antologi bersama penggiat literasi lainnya.
Pemilik akun FB dan Instagram Ari Dianty Ahmad ini, berharap ada pesan yang dapat dipetik dalam setiap karyanya.
Editor : Maryani