LOMBOK BARAT, iNewsMataram.id-Tensi politik pemilu kepala daerah di Nusa Tenggara Barat kian meningkat. Masing-masing pasangan calon kepala daerah berlomba-lomba meyakinkan masyarakat. Tidak terkecuali, pasangan Hj. Sitti Rohmi Djalilah- H.W Musyafirin.
Bakal calon Gubernur NTB itu semakin meningkatkan gerakannya. Umi Rohmi, sapaan karib kakak kandung TGB. K.H. Muhammad Zainul Majdi, itu memanfaatkan berbagai momentum. Termasuk, momentum malam akhir pekan.
Umi Rohmi menyempatkan diri untuk bersantai menikmati malam minggu di Bale Rasa Cafe, Gunung Sari, Lombok Barat. Cafe ini tidak seperti biasa karena menyajikan musik era 90-an. Pengunjungnya pun rata-rata penikmat musik lama.
Kehadiran Umi Rohmi di Cafe Bale Rasa itu sempat mengubah suasana kafe itu. Para pengunjung kafe yang rata-rata bapak-bapak dan ibu-ibu sontak riuh. Terlebih, di antara pengunjung itu, ada juga Gus Dek. Guru Umi Rohmi saat di sekolah menengah pertama (SMP).
Tidak ayal, pertemuan guru dan murid itu pun menambah suasana semakin akrab. Layaknya seorang murid terhadap gurunya, cucu Pahlawan Nasional Almagfurullah Maulana Syech TG. KH. Zainuddin Abdul Majid itu pun mencium tangan gurunya.
"Wah, ini mengejutkan, Alhamdulillah Pak Guru sehat,” ujar Umi Rohmi, Sabtu (10/8/2024).
Tidak sekadar menikmati suasana, Umi Rohmi pun didaulat menyanyikan sebuah lagu berjudul "Memang Mengapa Bila Aku Perempuan".
Di luar dugaan, ternyata suara Wakil Gubernur NTB 2018-2023 itu sangat merdu melantunkan lagu ciptaan Melly Goeslow tersebut. Para pengunjung kafe pun tertegun mendengar lagu yang dinyanyikannya.
Sejumlah orang dekat Umi Rohmi yang hadir, seperti Hj. Baiq Diyah Ratu Ganefi, Hj. Sitti Farida yang juga adik Umi Rohmi, Leoni, dan dr. Hj. Rita Siswati, ikut hanyut dalam suasana. Mereka pun ikut bernyanyi bersama diiringi alunan musik Group Band Legend.
"Saya senang karena bisa bertemu teman-teman lama. Suasananya asyik. Cukup menghibur suasana hati. Bertemu pak guru saat SMP juga,” tandasnya.
Menurut politikus Partai Perindo itu, politik harus dibawa gembira. Tetap mengedepankan etika dan tidak saling menjelek-jelekkan. Hal itu kerap ditekankan di setiap pertemuan dan silaturahminya kepada masyarakat.(*)
Editor : Maryani
Artikel Terkait
