Setelah jadi Raja Mataram Islam, Amangkurat I memiliki dua orang permaisuri. Yang pertama Ratu Kulon, seorang putri Pangeran Pekik dari Surabaya. Dari pernikahannya, Amangkurat I memiliki putra bernama Raden Rahmat (Amangkurat II).
Permaisuri kedua adalah Ratu Wetan seorang putri dari kerajaan Kajoran. Dari pernikahan kedua ini, melahirkan Raden Mas Drajat atau Pangeran Puger (Pakubuwana II), Arya Mataram.
Selain kedua permaisurinya, Amangkurat I juga memiliki ribuan wanita lainnya yang ditempatkan di dalam kerajaan sebagai abdi dalem, gadis plara-lara, selir, hingga permaisuri dan prajurit pengawal.
Amangkurat I juga memiliki pelindung prajurit khusus wanita yang terdiri 30 wanita cantik bernama Trinisat Kenya. Terhadap seluruh wanita-wanita di dalam istana Kerajaan Mataram Islam itu, Amangkurat I selalu mendapatkan pelayanan istimewa. Dia sangat menyukai kenikmatan duniawi. Namun, wanita-wanita itu tidak membuatnya puas.
Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kandha, diceritakan bahwa Amangkurat I minta dicarikan wanita cantik. Titah Raja ini, kemudian diusahakan oleh Pengeran Blitar yang menyerahkan Nyi Truntum. Tetapi Nyi Truntum sudah memiliki suami, yakni Ki Dalem, seorang dalang Wayang Gelok.
Bahkan, saat dipertemukan itu, Nyi Truntum sedang hamil dua bulan. Namun, Amangkurat I tidak perduli dengan itu semua. Dia lalu menjadikan Nyi Truntum sebagai istrinya dan diberi gelar Ratu Wetan. Amangkurat I sangat cinta terhadap Ratu Wetan, sehingga melupakan istir-istrinya yang lain.
Hal ini kontan menimbulkan kecemburuan istri-istrinya. Maka itu, Ratu Wetan mendapat julukan Ratu Malang yang berarti menghalangi istri lainnya.
Setelah Ratu Malang melahirkan, cinta Amangkurat I terhadapnya bukannya surut, tetapi malah semakin dalam. Mencintai saja ternyata tidak cukup bagi Amangkurat I. Tidak puas hanya merampas istri orang, dia memerintahkan untuk membunuh suami Nyi Truntum.
Hal ini membuat Nyi Truntum sangat sedih, lalu jatuh sakit dan meninggal. Karena ditandai dengan gejala muntah-muntah dan buang kotoran encer, Amangkurat I menduga Ratu Malang diracun oleh istri dan selir-selirnya yang lain. Jenazahnya lalu dikebumikan di Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Jogja.
Amangkurat I sangat sedih dengan kematian Ratu Wetan. Dia melarang siapapun menutup kuburnya. Siang malam, dia menunggu liang lahat dengan jenazah Ratu Wetan di dalamnya. Dia tidak mempedulikan keratonnya lagi.
Suatu malam, dia bermimpi bahwa Nyi Truntum sudah menemui suaminya yang tewas dibunuh. Setelah itu, dia baru mau kembali ke keraton. Sementara jenazah Ratu Wetan sudah membusuk di liang lahat.
Editor : Hikmatul Uyun