Saat itu, ada dua kader Golkar yang maju yakni H. M Suhaili dan TGH. Ahyar Abduh (Almarhum). "Sepertinya memang Partai Golkar belum terlalu sreg dengan kedua kadernya yang saat ini digadang-gadang. Semua kemungkinan masih bisa terjadi bahkan di menit-menit terakhir jelang pendaftaran, " Paparnya.
Perebutan 10 kursi Partai Golkar itu dinilai unik. Artinya, memperoleh dukungan Golkar tidak saja menambah imun dalam bertempur. Namun juga menjadi prestise sehingga mudah memenangkan pertarungan.
Ihsan menegaskan, arah politik Partai Golkar ini setidaknya memberikan pendidikan politik tersendiri bagi masyarakat NTB.
Lagipula, Partai Golkar merupakan partai lama yang syarat pengalaman. Dia mengatakan sejatinya Golkar cluenya tidak mau menjadi wakil apalagi atau calon alternatif sehingga berpotensi kocok ulang dari pasangan sekrang.Terlebih, dua kader Golkar saat ini masih di posisi wakil semua.
"Jika Golkar berat mengusung dua kadernya itu dengan berbagai faktor, maka pilihan lain Golkar akan "meng-golkarkan" salah satu figur yang akan diusung sebagai Cagub. Sehingga Golkar berpotensi kocok ulang dan menimbulkan kejutan sekaligus bisa merubah potensi dukungan berbagai parpol yang saat ini belummengeluarkan rekom atau B1KWK, " Paparnya.
Dia menegaskan, Golkar harus banyak belajar dari kekalahan di Pilgub NTB 2018 lalu. Kocok ulang di menit terakhir merupakan sikap yang menentukan peta politik NTB ke depan.
Editor : Edy Gustan
Artikel Terkait