Mataram.iNews.id-Pasangan Dr.H. Zulkieflimansyah - Hj. Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) diprediksi belum sepenuhnya aman untuk menghadapi Pemilu Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur NTB 2024. Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Agus, M.Si mengatakan banyak hal yang perlu diwaspadai pasangan Zul-Rohmi jilid 2 jika nantinya kembali berpasangan pada Pilgub NTB 2024 mendatang.
Dia mengatakan, jeda waktu yang relatif lama antara berakhirnya masa jabatan Zul-Rohmi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023 hingga tahapan pemilihan pada November 2024 menjadi salah satu kendala. Jeda waktu yang hampir satu tahun itu perlu diantisipasi semaksimal mungkin.
Pasangan Zul-Rohmi dilantik pada 19 September 2018 sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTB terpilih. Dia berhasil menyingkirkan tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB pada pilkada 2018. Artinya, masa jabatan Zul-Rohmi tersisa lebih kurang satu tahun lagi.
Agus menilai, jarak waktu yang jauh itu membuat Zul-Rohmi akan kesulitan mengkonsolidasikan kekuatan politiknya dari mesin birokrasi dan material politik dari APBD. "Mereka akan kehilangan momentum untuk itu. Akan diperparah jika hubungan antara keduanya tidak harmonis di akhir masa jabatannya," ujar Agus, M.Si kepada wartawan Selasa (19/7).
Selain itu, momentum pemilu serentak pada November 2024 secara nasional akan memengaruhi peta politik NTB. Artinya, pada Pilgub NTB 2024 mendatang tidak mengenal incumbent atau pasangan calon petahana.
Semua berpotensi untuk bertarung pada Pilgub NTB 2024. Termasuk Sitti Rohmi Djalilah yang kini menyandang status Ketua DPW Partai Nasdem. "Jika pilkada tidak diwarnai dengan Incumbent, maka pertarungan politiknya lebih bebas dan adil," ungkap mantan komisioner KPUD NTB ini.
Kekuatan aktor politik nantinya, kata Agus, tidak lagi didominasi incumbent. Dengan begitu, semua aktor politik punya peluang yang sama. Pemilih pun akan lebih demokratis memilih calon pemimpin berikutnya.
Keberadaan birokrat dinilai sebagai aktor politik paling rasional dalam setiap pilkada. Sebab, mereka salah satu yang paling terdampak dari hasil pemilu. Birokrat dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) ini akan memilih aktor politik yang kecenderungannya lebih besar menang pemilu.
Dia mengatakan, loyalitas ASN terhadap Zul-Rohmi saat ini yang tinggi, belum tentu bertahan hingga pemilihan nanti. Terlebih, kepemimpinan pasangan Zul-Rohmi akan segera berakhir dalam waktu dekat. "Kondisi ini tentu penjabat Gubernur berpotensi memainkan perannya. Bahkan bisa memberi kontribusi politik," tegasnya.
Zul-Rohmi juga harus pintar memainkan perannya mengingat pelaksanaan Pilgub NTB 2024 ini pascapelaksanaan Pemilu Legislatif. Bahkan, masing-masing ketua DPD maupun ketua DPW partai politik di NTB berpotensi maju sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB 2024 mendatang.
Editor : Edy Gustan
Artikel Terkait