SUBANG, iNewsMataram.id- SD Negeri Budi Bhakti, di Jalan Karang Tanjung No 26, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikaum, Subang, yang sudah berdiri sejak 1976 tampak memprihatinkan. Berbeda dengan sekolah di sebelahnya, SD Negeri Karang Tanjung.
Ketika datang, bangunan itu tidak terlihat seperti sekolah dasar. Tanpa pagar dan plang. Hanya ada spanduk nama SD yang dipasang di salah satu tembok yang menghadap ke jalan.
Kawasan sekolah terlihat kumuh dan tertinggal. Bila masuk lebih dalam, di bagian depan terdapat bangunan yang hampir roboh dan sudah tak digunakan. Ada tumpukan bata-bata di bagian depan.
"Ini kami kumpulkan sebagian dari sumbangan pribadi. Masih ditumpuk karena menunggu bahan lain,” papar Acep Rohman, salah seorang guru senior.
Atap kelas yang bolong-bolong di SD Negeri Budi Bhakti. Foto: Ratna Ning/Istimewa
Sementara itu, Kepala SD Negeri Budi Bhakti Nawawi menuturkan, mereka sudah sering berupaya memohon bantuan untuk pembangunan sekolah kepada instansi terkait. Namun, hingga saat ini, semua itu belum terealisasi.
"Dari 2019, sejak saya menjabat kepala sekolah di sini, kami sering mengajukan proposal. Baik itu upaya kami sendiri maupun memasukkan ajuan saat ada turun program dari pusat, seperti kementerian atau provinsi. Tapi, sampai sekarang, tak ada realisasinya,” paparnya.
Dia menambahkan, pada 2023 ini, pihak sekolah juga sudah mengajukan proposal dan berharap akhir tahun akan terealisasi.
Kondisi fisik bangunan sekolah sudah bobrok di sana-sini, termasuk bangunan kelas V yang masih dipakai. Atap bangunan tampak ambruk dan bolong di mana-mana. Dikhawatirkan kegiatan belajar mengajar terganggu karena pecahan atap tersebut.
Selain itu, sarana penunjang seperti toilet untuk para siswa juga rusak. Ada juga kelas yang disatukan dan hanya dibatasi sekat tripleks. Sarana perpustakaan sebagai penunjang pendidikan pun tidak ada. Ditambah lagi tak ada tembok pagar sekolah.
Keadaan sekolah yang memprihatinkan tersebutlah yang membuat kualitas sekolah menurun di mata para wali murid. Karena itu, mereka enggan memasukkan anak-anaknya ke sekolah tersebut.
Hal tersebut terlihat dari penurunan jumlah siswa saat penerimaan siswa ajaran baru sejak tiga tahun lalu. Bahkan, banyak siswa yang pindah sekolah.
"Ada isu merger antara SD Budi Bhakti dengan SD Karang Tanjung pada 2019. Ditambah kondisi bangunan di sini yang kurang memadai. Para orang tua pun akhirnya mengalihkan pendaftaran anak mereka ke SD sebelah,” tandas Nawawi.
Ternyata, isu merger itu hanya wacana. SD sebelah pun sudah membatasi area dengan membentengi bangunan menggunakan pagar.
Padahal, kualitas staf pengajar di SD Budi Bhakti cukup memenuhi syarat. Meski jumlah murid sekolah mereka hanya 80 siswa, dari kelas I hingga kelas VI, prestasi sekolah maupun kegiatan antarsekolah di tingkat kabupaten menunjukkan pencapaian yang luar biasa.
Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aksi, Reaksi, dan Kreasi Masyarakat (Sikat) Cepi Cahyono menambahkan, keadaan sekolah tersebut membuat mereka akhirnya turun tangan agar dunia pendidikan lebih baik.
“Kami akan mengawal SD Budi Bakti agar mendapatkan bantuan hingga menjadi sekolah dengan bangunan yang layak,” ungkapnya.
Salah satu langkah yang akan mereka lakukan, yakni mencari informasi dan konfirmasi langsung ke Dinas Pendidikan Subang dengan mendatangi instansi terkait.
"Kepala Sekolah SD Negeri Budi Bhakti sudah mengajukan untuk alokasi dana pembangunan tahun ini. Hal itulah yang akan kami kawal terus,” pungkasnya. (*)
Editor : Maryani