Dampak paling nyata dari adanya Chat GPT adalah terancamnya karier penulis.
Dengan adanya Chat GPT, siapa pun bisa menjadi penulis. Mereka mampu menulis apa pun sesuai minat yang ditekuni.
Memang saat ini, kredibilitas dan keabsahan jawaban Chat GPT masih dipertanyakan. Namun, siapa yang tahu? Mungkin saja pada masa mendatang, tingkat kredibilitas Chat GPT semakin meningkat.
Teknologi AI semakin canggih. Akhirnya, karier penulis lama-kelamaan akan hilang, digantikan dengan munculnya penulis baru yang entah kualitasnya dapat diragukan.
Selain itu, kita juga akan semakin sulit membedakan mana yang benar-benar penulis dan mana yang gadungan.
Secara tidak langsung, AI memang sengaja diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Ataukah, memang manusia yang kadung malas untuk melakukan pekerjaan?
Pertanyaan ini muncul seiring dengan semakin berkembangnya sistem AI. Kadang, pola pikir manusia, yang menginginkan segala sesuatu secara praktis, menjadi peluang untuk para manusia berintelektual tinggi.
Mereka semakin berusaha untuk mengaplikasikan AI dalam berbagai sektor kehidupan.
Sistem AI sangat menguntungkan bagi kalangan elite jika semakin dikembangkan. Justru sebaliknya, AI menjadi ancaman bagi manusia kalangan menengah ke bawah yang menggantungkan pekerjaan dari kalangan elite.
Jika manusia sudah tidak dibutuhkan lagi perannya, akankah manusia akan kehilangan fitrahnya? (bersambung)
Editor : Maryani