Lagipula, Suhaili merupakan mantan Bupati Lombok Tengah dua periode dan menjadi runner up pada Pilgub NTB 2018 lalu. Survei tersebut untuk mengetahui tiga hal yakni memberikan isu-isu prioritas warga yang harus ditangani pasangan kandidat jika terpilih, memetakan preferensi politik warga dan elektabilitas pasangan calon, dan mengantisipasi resiko vote buying dalam pelaksanaan pilkada serentak 2024.
Pemilih cenderung memilih kandidat yang dekat dengan rakyat/sering turun ke masyarakat (19,2%), jujur/bersih dari korupsi (19,2%), berpengalaman di pemerintahan (16,7%) dan terbukti hasil kerjanya (11,2%).
Sekitar 39% pemilih telah menentukan pilihan lebih dari satu bulan lalu. Sekitar 11% akan memilih setelah pelaksanaan debat kandidat.
Sekitar 11,5% menentukan pilihan pada hari H pemungutan suara, dan 9% pada H-3. Berdasarkan permintaan pemilih, risiko vote buying cenderung rendah pada Pilkada 2024.
Dari 37,3% pemilih yang kemungkinan merubah pilihan politiknya; alasan terbanyak adalah alasan janji politik atau program kerja pasangan calon lain lebih baik dibandingkan calon yang didukung sebelumnya (12,25%) .
Berikutnya, alasan mendapatkan barang atau uang dari calon lain (10,00%). Sedangkan perubahan pilihan politik organisasi/tokoh hanya mempengaruhi keputusan politik pemilih dalam jumlah kecil yakni (4, 25%).
Editor : Edy Gustan
Artikel Terkait