Motivasi Santri di Milad Ke-14 Lenterahati, Wamendiktisaintek Fauzan Ceritakan Kisah Hidupnya

"Saya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ketika itu saya ingin melanjutkaan sekolah ke jenjang Madrasah Tsanawiyah yang ada di luar desa. Awalnya ibu saya tidak mengizinkan karena saya anak laki satu-satunya di keluarga. Tapi dengan tekad kuat, saya berhasil menuntaskan sekolah saya," ujar Fauzan di hadapan ratusan undangan pada Minggu (20/4/2025).
Tidak sampai di jenjang Tsanawiyah, Fauzan pun melanjutkan ke jenjang Madrasah Aliyah. Kondisi ekonomi keluarga membuatnya berpikir kreatif. Dia menjadi reseler sarung, taplak meja, dan beragam kebutuhan rumah tangga di desanya.
Dari situlah dia berhasil ikut kursus menjahit hingga kursus mengetik 10 jari. Hingga puncaknya saat hendak mengikuti ujian akhir dia harus membayar biaya sebesar Rp 12.000,- saat itu.
Beruntung gurunya sanggup menalangi setengah dari biaya itu. Sisanya dia cari sendiri. Awalnya dia bingung mencari uang sebanyak itu. Namun berkat doa dan ikhtiarnya, Fauzan berhasil menyelesaikan sekolahnya.
"Saat itu saya ikut guru saya dan bekerja menyapu, cuci piring, dan lainnya. Suatu hari saya disuruh guru saya mencari anaknya yang main jauh dari rumah. Begitu saya jemput menggunakan sepeda, dalam perjalanan ada sapi yang jatuh dari pengangkut dan saya bawa pulang. Guru saya langsung menyuruh agar melapor ke polisi. Di situlah awal mula saya memperoleh rezeki karena pemilik sapi memberi tanda terimakasih sebesar Rp 6000,-. Saya berjuang menempuh perjalanan dari Kediri ke Nganjuk untuk menemui pemilik sapi," ujar Fauzan.
Begitu pula saat berkuliah di Universitas Muhammadiyah Malang. Berbekal sedikit uang, dia berangkat ke Malang. Lagi-lagi dia memutar otak untuk memenuhi kebutuhannya baik untuk bayar kost hingga membayar uang kuliah.
Editor : Edy Gustan