Mataram.iNews.id- Ratusan ribu lebih masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami gangguan jiwa selama kurun waktu empat tahun terakhir. Data dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma NTB menyebutkan ada 130.215 pasien rawat jalan di RSJ Mutiara Sukma NTB selama kurun waktu 2019-2022.
Pada 2019, jumlah pasien rawat jalan mencapai angka 35.456 orang. Berikutnya pada 2020 mencapai angka 31.599, tahun 2021 mencapai angka 37.428, dan hingga Juni 2022 mencapai angka 25.732 orang.
Sementara pasien rawat inap sebanyak 5.116 orang. Jumlah itu terdiri atas pasien rawat inap di 2019 sebanyak 1.602 orang, 2020 sebanyak 1.341 orang, pada 2021 sebanyak 1.431, dan hingga Juni 2022 mencapai angka 742 orang.
Kepala Seksi Pelayanan Medis RSJ Mutiara Sukma dr. Maria Lisdiana mengatakan angka ODGJ NTB sempat meningkat di awal pandemi Covid-19. Angkanya mencapai 35.456 orang dibandingkan tahun sebelumnya. "Meningkatnya di tahun awal pandemi saja, selanjutnya Alhamdulillah mulai ada penurunan angka," ujar dokter Maria kepada wartawan.
Dalam data tersebut, terdapat 10 penyakit terbanyak pada 2019 yakni Skizofrenia, gangguan Skizotifal, Psikotik akut dan sementara mencapai angka 11.019 orang. Kemudian gangguan anxietas fobik dan gangguan ansietas lainnya sebanyak 7.232 dan gangguan Skizoafektif mencapai 2.229. Selanjutnya ada Epilepsi sebanyak 1.957 orang.
Gangguan Hipernetik, perilaku, emosional, fungsi khas, gangguan "tic", gangguan mental dan emosi lainnya mencapai angka 1.729. Episode depresif, gangguan depresif berulang, gangguan suasana perasaan (mood efektif) menetap lainnya atau YTT sebanyak 1.679, Episode Manik dan gangguan efwktif bipolarf sebanyak 1.642, Demensia sebanyak 1.142, Retardasi Mental sebanyak 1.086, dan gangguan perkembangan Psikologis sebanyak 859 orang.
Dokter Maria mengatakan tidak saja gangguan jiwa berat, pihaknya juga menerima pasien yang membutuhkan Medical Cek Up (MCU). Artinya, mereka yang datang untuk konsultasi. Para pasien tersebut kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah. Bahkan ada juga penjabat tapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
Dia mengatakan penyebab ODGJ ini multifaktor. Ada yang faktor genetik, pengaruh lingkungan, termasuk di antaranya faktor ekonomi sosial. "Tapi umumnya di dominasi oleh kalangan menengah ke bawah," ungkapnya.
Sementara itu, humas RSJ Mutiara Sukma Wanti mengatakan pasien di RSJ Mutiara Sukma terdiri atas dua katagori. Ada yang rawat jalan dan ada yang rawat inap. Untuk rawat inap, terdapat 104 tempat tidur yang tersedia. "Jadi, pasien jiwa sering keluar masuk untuk rawat inap," ujarnya.
Terkadang, kata Wanti, ada pasien jiwa yang sudah pulang namun pihak keluarga tidak bisa mengontrol sehingga kembali menggelandang dan putus obat. Akibat putus obat, pasien kembali gelisah dan di bawa ke RSJ untuk dirawat. "Pasien kan setiap dua minggu sekali kontrol untuk jadwal rutin pasien BPJS, makanya ditulis data kunjungan bukan data pasien," paparnya.
Editor : Edy Gustan