BOGOR, iNewsMataram.id-Berawal dari ide ingin membuat sebuah antologi budaya, Mia Siti Aminah pun menggandeng Kirana Kejora, penulis sekaligus writerpreneur dalam proyek menulis prosa budaya filmis.
Selain mengagas antologi, owner Miya’z Script--agensi naskah yang berdomisili di Bogor dan Bandung, ini juga membuat kelas-kelas penulisan, penerbitan, dan penyuntingan daring.
Mia memilih Buk’e, panggilan sayang Kirana Kejora, karena Beliau merupakan seorang writepreneur, script writer, produser film, konsultan buku, dan mentor yang sangat teliti, detail, dan berbeda daripada yang lain.
Saat Mia mengajukan kerja sama membuat antologi budaya Sang Mistikus Kasih, Buk’e mengajukan syarat penulisan bertemakan prosa budaya filmis.
Hal itulah yang membuat Mia tertantang dan yakin mengajak para penulis lain agar mau menulis tema tersebut. Lalu, bersama-sama memperkenalkan prosa budaya filmis.
Sebab, menulis budaya tidak seperti menulis tema lain. Riset dan sumber informasi yang akurat sangat sulit didapatkan karena terkadang minim informan.
“Kami diajari tips trik menulis, riset, hingga memilih budaya, lalu meramunya menjadi tulisan populer. Meski tema yang diangkat bisa dibilang ‘kuno’, kami enjoy menulis. Apa pun halangannya,” ujar Mia, saat dihubungi iNewsMataram.id, Jumat (23/9/2022).
Kemasan dan ide cemerlang dari sang mentor membuat Mia dan Miya’z Agency semakin semangat dalam pengerjaan proyek antologi budaya kali ini.
Berkat ilmu-ilmu dan dorongan motivasi dari Kirana Kejora yang sangat mumpuni, cerdas, dan bernas sebagai mentor, mereka pun memiliki perbekalan yang banyak untuk siap maju di ‘medan perang’.
“Debut sebagai mentor, konsultan, sekaligus pengampu komunitas penulis budaya menjadi hal yang menarik dari Kirana Kejora,” tambah Mia.
Bagi Mia, tidak ada seorang mentor yang sehebat Kirana Kejora. Mentor sejati yang benar-benar mengawal proses dari A sampai Z. Mulai pemilihan konsep kover, judul buku, blurb, promosi, hingga peluncuran buku.
Kirana Kejora juga memacu semangat para penulis agar bangga dengan buku mereka. Yang menurut sebagian orang ‘tidak seksi’ karena mengangkat tema budaya.
“Sebagai mentor, Kirana Kejora piawai dan sabar mendidik kami untuk menjadi writerpreneur. Terbang dengan ‘sayap’ buku dan terus menerus ditekankan agar kami bangga dengan karya kami,” tutur Mia.
Inilah yang akhirnya membawa 45 penulis, yang dinamai Elang Merah, menghadirkan buku prosa budaya filmis berjudul Sang Mistikus Kasih.
“Hingga saatnya terbit, kami diajarkan untuk promosi dan memanfaatkan etalase tercantik berupa media sosial. Beliau juga ikut menyebarkan ilmu promosi berupa pembuatan book teaser, book trailer, hingga pemilihan diksi yang mampu mengentak minat pembaca,” papar Mia.
Benar saja, berkat arahan Kirana Kejora dan keteguhan Elang Merah, bakat penulis bermunculan dalam hal pembuatan promosi. Book teaser-book teaser ala beberapa penulis berhasil tayang di medsos masing-masing. Indah, menarik, dan cantik.
“Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami, yang berhasil membuat instrumen penunjang promosi tersebut. Tak henti-henti, kami mengucapkan syukur dan terima kasih atas bimbingan dan ilmu-ilmu yang diberikan mentor kami, Kirana Kejora,” tandas Mia. (*)
Editor : Maryani
Artikel Terkait