Berparas Cantik, Ummi Rohmi Berpeluang Jadi Calon Gubernur NTB 2024

Edy Gustan
Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah (berjilbab) Foto: Diskominfotik Pemprov NTB/Istimewa

Mataram.iNews.id- Keberadaan calon Gubernur NTB dari tokoh perempuan masih menuai perdebatan. Ada yang menganggap daya tawar tokoh perempuan kurang sebagai calon gubernur, ada juga yang menilai tetap berpotensi.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Agus, M.Si menilai tokoh perempuan tetap berpeluang maju sebagai calon Gubernur NTB 2024 mendatang. Lagi pula, 51 persen pemilih di NTB menurutnya adalah perempuan. “Semua punya potensi maju sebagai calon Gubernur NTB 2024. Termasuk tokoh perempuan seperti Dr.Hj. Sitti Rohmi Djalilah,” ujar Agus kepada wartawan di Mataram Senin (8/8).

Sebagai Ketua DPW Partai Nasdem NTB, Sitti Rohmi Djalilah atau karib disapa Ummi Rohmi dinilai punya banyak modal untuk tampil di Pilgub NTB 2024 mendatang. Selain berparas cantik, Ummi Rohmi memimpin partai besar. Dia punya basis masa yang jelas di akar rumput. Bukan masa mengambang yang sewaktu-waktu bisa berpindah haluan.

Tidak saja masa Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) , kekuatan poros perempuan bisa menjadi andalan kakak kandung TGB H.M Zainul Majdi ini dalam memenangkan kontestasi pada pilgub NTB 2024. “Saat itu nanti tidak ada lagi calon incumbent dan semua berpeluang,” ungkap kandidat Doktor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro ini.

Menurutnya, salah satu target merebut pucuk pimpinan partai politik di daerah adalah menjadi kepala daerah. Artinya, dengan menjabat Ketua DPW Nasdem, Ummi Rohmi tentu punya target sebagai kepala daerah di NTB. Tidak heran, kata Agus, jika muncul berbagai pesan salah satunya berupa gerakan tanda pagar (tagar) #2024gantian atau pesan lainnya yang mengarah pada gerakan politik untuk menjadikan Ummi Rohmi sebagai Gubernur NTB periode berikutnya.

Mantan Komisioner KPUD NTB ini mengatakan, tokoh perempuan punya magnet tersendiri dalam pemilu. Terutama sebagai calon DPD RI atau calon gubernur, bupati, maupun wali kota. Sebab, pada kertas suara akan terpampang langsung fotonya pada kertas suara. Sementara dalam kertas suara calon anggota DPR hanya memunculkan nama saja.

Faktor tersebut menurut Agus bisa memengaruhi pilihan para pemilih pemula. Terutama kaum milenial yang masuk dalam katagori masa mengambang. Dia mencontohkan bagaimana Evi Apita Maya yang terpilih sebagai anggota DPD RI lantaran salah satunya paras cantiknya di kertas suara. Begitu juga dengan Indah Damayanti Putri, Sari Yuliati, dan Hj. Warti’ah yang sukses melenggang.

Tidak terkecuali terpilihnya Khofifah Indar Parawangsa sebagai Gubernur Jawa Timur. “Calon DPD dan kepala daerah peluangnya besar karena ada foto. Pemilih mileneal cenderung memilih berdasarkan wajah kandidat di surat suara. Kalau wajahnya cantik atau ganteng alat coblosnya (pakunya) diarahkan kesana. Jadi foto itu menguntungkan calon perempuan dan calon muda,” ungkapnya.

Bagaimana dengan pemilih ideologis? Apakah pemilih ideologis itu ada? Agus mengatakan pemilih ideologis ada. Tapi tidak banyak. Sehingga isu perempuan tidak boleh jadi gubernur tidak terlalu efektif. Terlebih pemilih saat ini sangat spontanitas. Karakter sosiologis pemilih tetap penting bagi analisis pilkada. “Tinggal bagaimana memupuk keberanian tokoh perempuan untuk berani dan percaya diri jadi calon gubernur. Kalau nggak percaya diri jangan jadi ketua DPW atau DPD kasihan partainya,” papar Agus.

Dia berharap semua pihak baik media dan civil society mendorong ketua DPD atau DPW parpol jadi calon gubernur. Itu agar terlihat NTB ini kaya dengan sumber daya kepemimpinan. Apalagi di pilkada 2024 tidak ada incumbent, semua elit punya kesempatan dan peluang yang sama.

Editor : Edy Gustan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network