SUBANG, iNewsMataram.id-Curah hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung hampir setiap hari telah mengakibatkan berbagai bencana alam di Subang.
Bencana alam itu, di antaranya tanah longsor di Cipondok Kasomalang, korban sambaran petir di Tambakan, termasuk aliran sungai dengan debit air yang meluap dan deras di aliran Kali Ciwetan.
Aliran Kali Ciwetan yang melewati tanah kebun dan sawah penduduk di Kawasan Cisampih, Desa Cinangling, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, mengakibatkan abrasi tanah di kanan dan kiri kali kecil itu.
Bahkan, tanah longsor tergerus air terlihat parah di beberapa titik. Akibat aliran air yang deras, abrasi tanah kebun penduduk pun semakin melebar.
Nanang Kosim, salah seorang warga, yang ditemui iNews, kemarin, mengungkapkan, jika dibiarkan, abrasi akan terus melebar dan menimbulkan kerugian karena lambat laun tanah kebun mereka akan habis.
Pohon yang tumbang akibat abrasi. Foto: Ratna Ning/Istimewa.
“Di beberapa titik, areal aliran kali semakin melebar. Hal itu menyebabkan tebing tanah kebun terus-terusan terkikis karena tak ada tahanan tebing,” ujar Nanang.
Dia menambahkan, pepohonan yang ditanam di areal kebun, seperti pohon kelapa, juga sudah tumbang tergerus air karena abrasi tanah.
Para warga juga khawatir kebun-kebun di pinggiran kali akan semakin tergerus air jika tak ada perhatian dari pemerintah instansi terkait untuk pembenahan pinggiran kali.
Warga sempat melaporkan kejadian itu kepada pemerintah desa setempat, tetapi mereka angkat tangan karena itu bukan wewenang desa.
"Kali ini hanya buangan air yang tidak terpakai di sini, tetapi dipakai untuk pengairan sawah desa-desa di bawahnya," tandas Nanang.
Sementara itu, tentang aliran Kali Ciwetan, yang difungsikan untuk pengairan sawah di bawahnya, tersebut dibenarkan oleh Abah Juan, petani penggarap di Desa Sukasari.
Abah Juan menuturkan, aliran Ciwetan yang merupakan buangan dari sawah lega dan Curug Agung itu dipakai untuk pengairan areal sawah di tiga desa. Desa-desa tersebut, yakni Sukasari, Situsari, dan Rawalele.
Seharusnya diadakan gorol untuk membetulkan selokan. Namun, jika ada longsor seperti itu, harus diturunkan alat berat dan diberonjong.
“Tidak akan selesai dengan kerja bakti. Itu harus ditangani instansi atau dinas terkait pengairan," ungkapnya. (*)
Editor : Maryani