get app
inews
Aa Read Next : Screen Dependency Disorder

Penyebab Kecanduan Layar pada Remaja

Jum'at, 15 Desember 2023 | 15:31 WIB
header img
Kecanduan gadget pada remaja. Foto: Nurul Asiah/istimewa.

JATINANGOR, iNewsMataram.id-World Health Organization (WHO) menyimpulkan bahwa anak dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun masuk dalam kategori remaja.

Masa remaja atau masa adolenses merupakan fase transisi masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan percepatan tumbuh kembangnya.

Tentunya, setiap orang tua menginginkan anak dengan pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Namun, tidak jarang terjadi gangguan perkembangan pada anak.

Tercapainya tumbuh kembang yang optimal bergantung pada hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial.

Stanley Hall, Bapak Psikologi Remaja, berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa badai tekanan (storm and stress).

Gangguan emosi dan perilaku merupakan kendala yang serius dalam perkembangan dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup anak.

Sebanyak 1,5 juta orang tua dari anak dan remaja di Amerika Serikat melaporkan bahwa anaknya memiliki masalah emosional, perkembangan, dan perilaku yang konsisten.

Hasil survei Federasi Kesehatan Mental Indonesia pada 2003 di 10 kota besar di Indonesia menunjukkan 54% remaja mengaku pernah berkelahi, 87% berbohong, 28% merasa kekerasan sebagai hal yang biasa, dan 8,9% pernah mencoba narkotika.

Berbagai tekanan psikososial, seperti adanya penyakit fisik, kekerasan dalam rumah tangga, hubungan dengan teman sebaya yang tidak harmonis, serta kemiskinan cukup memengaruhi proses perkembangan kognitif anak sehingga terbentuk pandangan negatif terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 54,81% remaja mengalami masalah hubungan dengan teman sebaya dan 42,2% mengalami masalah emosional.

Salah satu faktor timbulnya gangguan ini, yaitu kehidupan di kota besar yang kemajuan ilmu dan teknologi begitu pesat menimbulkan tuntutan dan tekanan terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak dan remaja.

Gadget merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi yang diciptakan dalam bentuk perangkat kecil yang penggunaannya semakin meningkat.

Selain untuk berkomunikasi, gadget kini memiliki berbagai fitur canggih dan menarik sehingga tidak sedikit pengguna yang menghabiskan waktu bersama gadgetnya untuk mencoba dan menggunakan beberapa aplikasi di antaranya sosial media.

Peningkatan grafik kecanduan layar di kalangan remaja sebagian besar disebabkan oleh media sosial.

Platform media sosial sangat terintegrasi dalam kehidupan jutaan remaja Indonesia. Mereka menggunakan aplikasi ini untuk terhubung satu sama lain, mencari hiburan, dan mendapatkan referensi tentang bagaimana mereka “seharusnya” berpenampilan, berkomunikasi, dan hidup.

Pengaruh media sosial terhadap kehidupan remaja tidak bisa dianggap remeh.

Aplikasi ini menawarkan rasa kepuasan bahkan mendorong pelepasan neurotransmitter, seperti dopamine di otak, sehingga membuat mereka ketagihan.

Penggunaan media sosial juga dikaitkan dengan peningkatan kecemasan, depresi, dan rasa tidak aman pada remaja.

Berdasar Data Digital Yearbook Report 2019, jumlah pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat, mencapai rata-rata 15% per tahun.

Intensitas dalam penggunaan gadget yang tinggi akan membentuk kebiasaan. Remaja yang menggunakan gadget dengan intensitas tinggi akan merasa gelisah dan perasaan takut tertinggal informasi jika tidak menyentuh gadget.

Fitur layar sentuh pada gadget menimbulkan sensasi tersendiri ketika mengoperasikan gadget atau biasa disebut need for touch.

Pengguna dapat mengendalikan gadgetnya ketika merasa tidak nyaman dengan kontak sosial.

Sentuhan otomatis ini dapat memberikan kepuasan instan pada pengguna dan potensial sekali untuk meningkatkan intensitas penggunaan.

Bagi remaja yang kecanduan layar, meningkatkan kesehatan mental dimulai dengan memantau penggunaan aplikasi yang paling membuat ketagihan dan memutuskan sambungan sepenuhnya dari aplikasi tersebut.

Selain media sosial, teknologi juga menjadi penyebab kecanduan layar pada remaja. Generasi Z tumbuh dengan dikelilingi teknologi.

Tidak sedikit remaja Gen-Z yang terhibur dan ditenangkan oleh perangkat digital sejak usia dini.

Sebab, Gen-Z telah sampai pada titik jenuh dengan teknologi hampir sepanjang hidup mereka, banyak yang tidak dapat membayangkan kehidupan tanpa teknologi.

Akibatnya, banyak remaja mengembangkan rasa ketergantungan yang tidak sehat terhadap gadget mereka.

Ketergantungan ini dapat menyebabkan kecemasan, penggunaan gadget secara kompulsif, serta perasaan bosan yang intens. Bahkan, mereka depresi ketika waktu menatap layar bukanlah sebuah pilihan.

Adapun penyebab lain, yakni hobi dan sosialisasi di dunia nyata berkurang. Keberadaan teknologi yang menawarkan banyak hal kepada remaja tanpa batas, kepuasan instan, dan rasa terhubung dengan teman sebaya harus dibayar cukup mahal.

Ketika banyak waktu dihabiskan untuk di depan layar, menjadi sulit bagi remaja untuk hidup offline dan menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Setelah berjam-jam dihabiskan untuk online, hobi tanpa layar akan menjadi sangat membosankan dan tidak menarik.

Kecanduan layar dapat menjadi masalah yang serius bagi remaja, di antaranya pola tidur yang tidak konsisten, mengabaikan kegiatan akademis, hingga menjadi pintu gerbang penyalahgunaan obat terlarang.

Menonton video, seperti youtube dan tiktok selama berjam-jam dan sesi video game marathon dengan cepat dapat menghilangkan kualitas tidur sehat seorang remaja.

Akibat dari tidur yang tidak berkualitas, depresi dan tidak semangat sering melanda mereka.

Dengan daya tarik layar yang mudah membuat ketagihan, banyak remaja yang merasa sulit untuk fokus pada tugas sekolah.

Penurunan nilai sering kali menandakan jika seorang remaja sedang mengalami kecanduan layar yang serius. Kecanduan layar ini sudah umum terjadi, dan prevalensinya terus meningkat.

Penelitian baru menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja merasa kecanduan gadget.

Setiap remaja berisiko mengalami kecanduan layar. Namun, remaja yang menunjukkan kontrol impuls yang rendah dan lebih rentan terhadap kecemasan serta depresi harus berjuang lebih keras untuk melawan kecanduan dan memiliki gejala yang lebih terlihat.

Kini, kecanduan layar telah menjadi epidemi di kalangan remaja. Ketika ingin mengobati kecanduan layar pada remaja, penting untuk memahami seberapa parah tingkat kecanduan tersebut.

Gejala kecanduan ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara dan bervariasi dalam tingkat keparahan dan dampak negatifnya terhadap kehidupan remaja.

Gejala utama pada remaja, yakni terputusnya hubungan, menghindari tanggung jawab, dan penyakit fisik seperti ketegangan mata.

Jika Anda mencurigai anak remaja yang mengalami kecanduan layar, carilah pola perilaku indikasi berikut.

1. Menghindari waktu bersama teman dan keluarga dan memilih waktu di media sosial, bermain game, atau aktivitas online lainnya.

2. Kurangnya minat terhadap sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hobi, dan aspek kehidupan lain di luar screen time.

3. Menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah di ruang pribadi.

Tanda lain dari gejala kecanduan layar, yakni menghindari tanggung jawab. Ini dapat mencakup pekerjaan, tugas rumah, sekolah, dan partisipasi kegiatan ekstrakurikuler.

Mereka akan sering mencari alasan untuk membolos sekolah seperti berpura-pura sakit misalnya. Sering terlambat, nilai menurun, abai terhadap tanggung jawab di rumah. (*)

Editor : Maryani

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut